AWAL DARI PERBAIKAN ?

Dengan menyebut nama ALLAH yang maha pengasih lagi maha penyayang

2.22.2008


chapter 1

perjalanan sang daun

Di suatu masa, titik awal dari perjalanan ini, masa dimana ruang hanyalah hamparan yang kosong, ketika suatu ledakan terbesar sepanjang sejarah tercipta, Big Bang. Ledakan yang menghasilkan gumpalan gas besar yang terus berkembang, yang dikisahkan lebih lanjut akan menghasilkan planet bumi beserta seluruh alam semesta.

Beratus-ratus juta tahun bumi menjalani evolusinya sejak kejadian itu. Bumi mendingin dan memadat lalu muncullah daun pertama yang juga makhluk pertama di bumi ini. Lahir dalam bentuk sel-sel tunggal berklorofil 2,4 juta tahun lalu. Keajaiban sepucuk daun inilah yang nantinya akan mengendalikan aliran energi dalam kehidupan biosfer di muka bumi ini, dia yang memberi kesempatan pada banyak jenis makhluk hidup untuk bernapas dan berkembang biak melanjutkan eksistensi spesiesnya.

Intinya terdapat di aliran energi atau kalori dalam rantai makanan, kalori yang mengalir dari satu mata rantai ke mata rantai yang lain itu berawal dari dari sepucuk daun, yang dalam arti luas merujuk pada organ, jaringan dan sel-sel tunggal berklorofil. Karena daun inilah yang merupakan satu-satunya substansi yang bias memetik energi surya secara langsung dan kemudian membawanya ke sistem rantai makanan.

Di dalam sel-sel daun terdapat suatu mekanisme yang berjalan secara luar biasa disaat sinar matahari menerpanya. Dalam tempo yang hanya sepersekian juta detik, sejumlah energi foton matahari tadi berpindah posisi, berubah bentuk menjadi energi kimia dalam sejumlah molekul katalisator. Dengan sigap mereka melakukan pembongkaran terhadap molekul air, guna menghasilkan oksigen (O2) yang akan dilepaskan ke udara dan atom hidrogen bebas yang siap menjalani reaksi lanjutan.

Disaat bersamaan masih didalam sel-sel daun, salah satu sel daun yaitu stomata daun yang membuka dan menutup seperti pintu mal memastikan sederetan karbon dioksida (CO2) dari udara masuk dalam rangkaian reaksi dalam jumlah yang tepat. Di dalam sel-sel daun itu pula katalisator dan hidrogen menggandeng si CO, kemudian reaksi berlangsung lagi, kali ini tanpa melibatkan energi matahari.

Dalam kecepatan yang juga luar biasa, reaksi kedua ini (biasa disebut fotosintesis gelap) menghasilkan senyawa organik tingkat pertama, C-H-O dengan ¾ karbon yang menjadi dasar organik yang lebih stabil, gula atau lemak.

Begitulah dedaunan melakukan perjalanannya sepanjang waktu, sejak fajar menyingsing hingga matahari terbenam. Hasilnya, bahan organik melimpah, bahkan melampaui kebutuhan rantai makanan itu sendiri. Dapat dilihat bahwa proses dekomposisi oleh segala macam mikroba tak membuat seluruh limbah bahan itu habis, ini terbukti dengan terbentuknya lapisan lahan tanah, muncul lahan gambut, dan deposit organik lainnya. Semuanya masih menyimpan energi kimia yang asal-muasalnya dari matahari.

2.21.2008


chapter 2

PENGALAMAN SANG BUMI

Selama menjalani perjalanannya, sang daun terus berevolusi seiring dengan geologi sang bumi, bahkan menurut para ilmuwan, evolusinya menyebabkan munculnya hutan raya generasi pertama di muka bumi ini 350 juta tahun silam.

Sedangkan evolusi bumi yang berjalan dengan diwarnai berbagai peristiwa geologis yang mendeformasi lapisan bumi. Lempengan-lempengan bergeser, naik dan turun. Di banyak tempat, hutan dan belukar tertimbun bebatuan. Selama berjuta tahun disana, dengan pemanasan sekitar 82 derajat celcius, itu menyebabkan bahan organik di kedalaman 2.500 meter itu berubah menjadi minyak. Dan beberapa yang terjerat lebih dalam lagi, sampai 5.000 meter yang dengan pemanasan sampai 154 derajat celcius, berubah bentuk menjadi gas. Dalam perkembangannya, minyak dan gas bumi itu cenderung mengalir dari tempat semula dan terjebak di dalam patahan-patahan lapisan bumi.

Tidak hanya itu, masih banyak material organik yang terserak begitu saja di permukaan bumi. Mereka juga mengalami proses sendiri, melapuk dan menjadi batu bara.

Dengan pengalaman tersebut ditambah berbagai peristiwa yang berkaitan yang terjadi secara terus-menerus dalam jangka panjang menjadikan bumi kaya akan bahan tambang yang akan berguna bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika mereka menggunakannya dengan bijak, bumi akan siap menjadi tempat hunian terindah di alam semesta.

2.20.2008


chapter 3

JAWABAN SANG ALAM

Dengan berjalannya waktu, manusia menemukan cara mengolah apa yang telah disediakan alam termasuk batu bara, minyak bumi dan gas bumi. Arkeologi menunjukkan bahwa para tentara pendudukan romawi di Inggris telah membakar batu bara pada abad kedua dan ketiga masehi. Dengan adanya penemuan mesin uap pada awal Revolusi Industri membuat pembakaran batu bara melonjak. Minyak bumi sendiri kali pertama diproduksi sebagai komoditas di Titusville, Pennsylvania, Amerika Serikat pada tahun 1859 oleh Edwin L. Drake. Dalam waktu singkat, menjadikannya kalori yang menggerakkan peradaban. Belakangan gas bumi disedot pula sebagai sumber energi.

Hanya dalam kurun waktu kurang dari 150 tahun menurut Jeremy Leggett, dalam bukunya, Half Gone (2006), 920 milyar barel minyak bumi ludes di pompa dari perut bumi dan tinggal tersisa 780 milyar barel. Sisa ini cukup untuk membuat atmosfer bumi bertambah buruk dengan penumpukan residu CO2 dari proses pembakaran batu bara yang merupakan sumber paling kotor dan juga pembakaran gas bumi.

Jauh dari itu, sebuah ironi menyakitkan, hutan-hutan dengan keajaiban dedaunannya yang seharusnya berguna sebagai gudang penyimpanan CO2, alih-alih demikian, hutan justru termasuk salah satu penyumbang emisi terbesar yang asalnya dari pembakaran hutan dan sangat disayangkan lagi hal itu tidak diimbangi denga reboisasi tapi justru praktek illegal logging semakin digembor-gemborkan padahal penebangan hutan sendiri merupakan pelepasan kembali unsur karbon yang terdapat pada tumbuhan, yang jika dalam skala besar (kurang lebih 10-20 juta hektar) setara dengan 1/3 emisi karbon yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil.

Kegiatan-kegiatan diatas telah menyumbangkan satu permasalahan terbesar bagi bumi, yaitu penumpukkan CO2 di atmosfer yang nantinya akan menambah daftar pengalaman pahit bagi bumi yaitu pemanasan global. Pemanasan global, penyebab dari berbagai peristiwa aneh terutama yang muncul di abad ke-21, seperti keringnya sumber air abadi di Artik, hilangnya pulau-pulau kecil, terjadinya kekeringan dan banjir bandang dalam waktu yang sama di suatu negara, serta munculnya berbagai penyakit baru.

Sebenarnya semua kejadian tersebut sudah dijelaskan oleh para ilmuwan sejak akhir abad ke-19 bahwa pemanasan global akan mengakibatkan naiknya permukaan air laut, perubahan iklim, mempercepat perkembangan kuman penyakit, tandusnya tanah, meningkatnya kadar asam pada air laut dan masih banyak lagi, yang setiap dari mereka mengancam kelangsungan hidup manusia. Pada akhirnya, pemanasan global ini merupakan jawaban sang alam kepada manusia, dengan segala konsekuensinya.